Thursday, June 27, 2013

Kewirausahaan Sosial, cara baru membangun Indonesia


Materi kedua dibawakan oleh narasumber Bapak Goris Mustaqim dari Garut. Dimana beliau sudah membuka yayasan yang dinamakan ASGAR. Yayasan ini bisa dikatakan sebagai sebuah Social Enterprise, kenapa? Karena yayasan tersebut menjalankan bisnis namun profitnya digunakan tidak hanya untuk kebutuhan personal namun juga untuk masyarakat sekitar, selain itu, dalam bisnisnya, Pak Goris juga memberdayakan masyarakat agar turut berpartisipasi, sehingga yang terjadi adalah hubungan kerjasama yang mengembangkan kemampuan yang dimiliki masyarakat kurang mampu dan meningkatkan taraf hidup masyarakat itu sendiri.

Seperti yang dikatakan Arthur C. Brooks dalam papernya yang berjudul Social Entrepreneurship a Modern Approach to Social Value Creation, bahwa yang namanya Social Entrepreneurship itu kurang lebih dinyatakan sebagai berikut :

“Social entrepreneurship addresses social problems or needs that are unmet by private markets or governments”
“Social entrepreneurship is motivated primarily by social benefit”
“Social entrepreneurship generally works with – not against – market forces”

Pada dasarnya, terbentuknya Social Entrepreneurship didasarkan pada adanya dua divisi bisnis yang bergerak dengan cara yang berbeda. Pertama adalah bisnis dengan profit bagi pribadi, yang dibangun dari para shareholder, dan penjualannya sangat bergantung pada market. Kemudian ada yang namanya kerja social seperti yang biasa dikenal dengan charity, donasi, subsidi dimana aktifitas ini hanya dilaksanakan satu kali dan tidak berkelanjutan. Menengahi keduanya, dicarilah jalur baru dimana bisnis dilakukan dengan menjual barang untuk mendapatkan profit yang kemudian profit tersebut digunakan untuk sosial.

Menurut ASHOKA, sebagai web yang menyediakan fasilitas sebagai social entrepreneur, dikatakan bahwa :

“social entrepreneurs act as the change agents for society, seizing opportunities others miss and improving systems, inventing new approaches, and creating solutions to change society for the better.”
Menjadi seorang entrepreneur itu terlihat menyenangkan, bisa membuat usaha sendiri, berpenghasilan cukup dan bisa membantu sesama juga. Caranya emang ga gampang, harus turun langsung ke lapangan, mendatangi setiap kelompok masyarakat, memberikan penyuluhan, menentukan bagi hasil, membuat rencana kerja yang matang, dll. Namun setelah saya lihat dari presentasi tadi, nampaknya semua usaha itu berbuah manis. Ia memenangkan banyak kompetisi, diakui masyarakat, networkingnya banyak, bahkan sampai pernah berjabat tangan dengan presiden Barrack Obama. Keren kan?!

Fokus yang dijalani Pak Goris adalah pada segi pendidikan, inkubator kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat microfinance. Menurut Pak Goris, Indonesia akan mengalami fase Demographic advantage pada tahun 2020 keatas sehingga dibutuhkan pemuda-pemudi yang bergerak untuk menjadi entrepreneur atau bekerja dalam departemen dimana yang terpenting adalah generasi tersebut harus membangun Negara Indonesia ke kancah dunia sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia sendiri.

Salah satu profil Social Entrepreneurship yang cukup besar adalah Schwab Foundation yang dimana dalam bukunya dijelaskan Negara-negara mana saja yang sudah berhasil mereka Bantu, diantaranya Afrika, dengan dasar kurangnya teknologi yang ada untuk mendeteksi adanya landmines, serta kurangnya diagnosa yang dapat diandalakan dalam pendeteksian Tuberculosis, selain itu juga salah satu anggotanya membantu dalam gerakan wanita-wanita disana agar mendapatkan penghasilan yang dapat menopang anggota keluarganya.

No comments:

Post a Comment